Hidup Pilu Warga Salu Paremang Selatan

  • Whatsapp

Belopainfo– Selasa (11/2/2020), beredar kabar bahwa di salah satu desa di Kecamatan Kamanre Kabupaten Luwu, tepatnya Desa Salu Paremang Selatan terdapat sekeluarga yang tinggal di bekas kandang sapi. Lokasinya berjarak hanya sekitar 5 kilometer dari jalan poros. Hanya ditempuh sekitar 10 menit.

Rabu (12/2/2020), tim Belopa Info mendatangi langsung untuk mengetahui kebenaran kabar tersebut. Sore hari, sekitar pukul 16:00 Wita, kami berangkat menuju rumah yang bersangkutan tepatnya di Dusun Panggebarang, Desa Salu Paremang Selatan, Kecamatan Kamanre.

Dari informasi warga setempat, akhirnya kami sampai juga di rumah Sampara. Dan di bawah kolom rumahnya, kami langsung bertemu Sampara dan istrinya. Dari pertemuan itu, kami mulai mengajukan pertanyaan untuk memastikan kebenaran berita yang beredar dua hari belakangan ini.

Di rumahnya, Sampara dan keluarga berjumlah 7 orang. Yakni istrinya, 2 orang anaknya, menantu, cucu, dan keponakan 1 orang. Sebenarnya anak Sampara ada 4 orang. 2 orang anaknya tidak tinggal bersamanya. Mereka pergi merantau. Satunya di Jeneponto sedangkan satunya lagi Malaysia. Dan kedua anaknya sudah berkeluarga. Hingga sekarang ini kedua anaknya itu tidak memiliki kabar. Dan itu sudah berlangsung lama.

Sampara dan Istrinya adalah keturunan Gowa. Menetap di Luwu 20 tahun yang lalu. Mereka merantau ke daerah Panggebarang ini untuk mencari kerja. Awal kedatangan mereka, di Panggebarang, warga setempat memberikan pekerjaan dengan cara memberi lahan untuk digarap dengan ketentuan bagi hasil. Tak hanya itu, warga setempat juga memberi mereka tempat tinggal.

Sistem kerja yang dijalani selama ini hingga 20 tahun juga tak memberi efek ekonomi siqnifikan. Bahkan seiring berjalannya waktu, kondisi Sampara dan keluarganya makin memilukan. Mereka saat ini, harus tinggal dibekas kandang sapi.

Sebelumnya Sampara dan keluarganya, tinggal di rumah panggung samping kandang sapi tempat tinggalnya sekarang. Karena rumah tersebut sudah tidak layak huni, kondisi atapnya sudah hancur. Dinding papan sudah banyak yang lapuk.

Sekitar bulan Agustus tahun 2019 lalu, sebenarnya, Sampara dengan uang sedikit dipunya berencana merenovasi atap rumahnya. Namun saran kepala desa yang mengatakan untuk tidak merenovasi. Sebab rumahnya, katanya sudah didata dan diajukan untuk masuk program bedah rumah.

Atas saran kepala desa, akhirnya Sampara membatalkan niatnya untuk merenovasi atap rumahnya. Uang yang disiapkan untuk renov atap rumahnya sudah digunakan untuk kebutuhan lain.

Waktu terus berjalan, Sampara terus menunggu program bedah rumah tersebut. Namun hingga saat ini tak kunjung terealisasikan. Naas yang menimpanya, program bedah rumah tak kunjung terealisasi, kondisi rumah semakin parah. Hingga tak layak huni. Karena situasi tersebut. Sampara dan keluarganya, memutuskan untuk membersihkan bekas kandang sapi untuk di jadikan tempat tinggal sampai sekarang ini.

Semenjak pertama kali menginjakkan kaki di Tana Luwu, profesi Sampara tak pernah berubah. Masih menjadi buruh tani. Masih menggarap lahan orang lain.

Penghasilan menjadi buruh tani, tidak menetap. Kadang ada, kadang juga tidak ada sama sekali. Anak dan menantunya juga tidak mempunyai pekerjaan tetap. Hampir sama dengan dirinya, cuma anak dan menantunya, biasa menjadi kuli bangunan dan penghasilan dari pekerjaan itu hanya cukup untuk makan sehari-hari itu pun biasa masih kekurangan.

Sampara, beberapa tahun lalu, dengan uang dikumpul sedikit demi sedikit, mampu membeli tanah seluas 12×30 meter. Lokasinya pas berada di samping rumah tempat tinggalnya. Tapi tanah itu masih kosong. Dengan kondisinya seperti itu. Sampara masih menunggu bantuan dari pemerintah terutama renovasi rumahnya.

Rumah panggung pemberian warga ini sudah tak layak huni, demikian pula dengan bekas kandang sapi yang ditempati juga milik orang lain. Jika saja bantuan pemerintah untuk bedah rumah terealisasi, maka rumah panggung itu akan direnovasi di atas tanah yang telah dibelinya.

Saat dikonfirmasi dengan warga sekitar, mereka membenarkan bahwa Sampara memang sudah lama tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah. Sebelumnya keluarga Sampara pernah mendapatkan beras raskin namun entah apa masalahnya, beberapa bulan terakhir ini beras raskin tidak ada lagi.

Kepala Desa Salu Paremang Selatan saat kami temui, di kantor desa mengatakan, jika selama ini pemerintah desa tidak melupakan warganya tersebut. Terkait beras raskin yang sudah beberapa bulan tidak diterima oleh Sampara, itu sesuai data dari pemerintah. Nama Sampara sudah tidak terdaftar lagi dikarenakan pada saat ada pendataan ulang untuk penerimaan beras raskin, saat itu, Sampara tidak ada di kampung.

Mengenai kondisi rumah Sampara pemerintah desa juga mengusahakan agar rumahnya tetap dapat program bedah rumah. Pendataan tahun 2019 yang dilakukan untuk bedah rumah desa kami, sayang hingga sekarang belum masuk. Entah apa alasannya. Demikian kepala desa menerangkan.

Tapi kami masih menunggu sebagaimana janji yang mengurusnya, bahwa Maret tahun 2020 program bedah rumah anggaran pusat akan masuk di desa kami. Namun, jika sampai pada bulan Maret tidak ada, maka pemerintah desa tetap akan merenovasi rumah Sampara dengan menggunakan dana desa. Tegas kepala desa.

Sementara beberapa hari lalu pengurus MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Luwu telah mengunjungi Sampara dan keluarganya, membawa bantuan berupa sembako. Suradi yang hadir mewakili MPC Pemuda Pancasila menjelaskan kondisi rumah sudah tak layak huni dan secepatnya harus mendapatkan bantuan pemerintah.

Reporter : WM
Editor. : AS

Pos terkait