Merancang Inovasi di Kaki Benteng Datu Bonelemo Utara

  • Whatsapp

Belopainfo– Benteng Datu nama sebuah gunung yang terletak di tengah tiga desa yang dulunya menyatu menjadi satu desa. Desa Bonelemo sebagai desa induk, Desa Bonelemo Barat dan Desa Bonelemo Utara. Ketiganya berada di dalam wilayah administrasi Kecamatan Bajo Barat.

Khusus Bonelemo Utara, untuk menuju ibu kota kecamatan mesti melalui jalan rabat beton sempit yang berliku-liku selama hampir 1 jam. Hingga untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat, harus melalui dua kecamatan, Bajo dan Bua Ponrang yang berbatasan langsung dengan Bonelemo Utara. Hal ini wajar kata Jamal Kades Bonelemo Utara, saat disambangi di kediamannya. Karena hanya melalui dua kecamatan wilayahnya rata. Hingga untuk membeli kebutuhan di pasar warganya lebih memilih ke pasar di Bajo atau di Bua Ponrang.

Bacaan Lainnya

Bonelemo Utara desa yang aksesnya agak sulit menuju ibu kota kecamatan dan kondisi masyarakatnya dengan potensi yang jagung yang cukup besar. Membuat Jamal bermimpi untuk membuat sebuah gebrakan yang dilakukan langsung oleh masyarakatnya. Harapannya potensi desa harus diolah terlebih dahulu baru boleh terjual ke luar desa dalam bentuk hasil alam yang telah siap dimanfaatkan.

Awal tahun 2020, Jamal, Kades Bonelemo Utara, mulai mengumpulkan aparat desa dan masyarakat untuk mensosialisasikan ide inovasi lewat pemberdayaan masyarakat desa. Maka mulailah dengan melihat potensi desa yang terbesar, dipilihlah jagung sebagai potensi yang akan dikembangkan melalui program pendampingan inovasi desa.

Sabtu, tepatnya malam minggu 8 Februari 2020, sehabis magrib mendung yang sejak sore menggantung, akhirnya tumpah menjadi titik air hujan. Bonelemo Utara yang sejak awal sepi akan lebih sepi lagi karena hujan membuat orang malas keluar rumah. Jamal duduk di teras rumahnya dengan 2 orang pendamping yang akan melakukan pertemuan dengan warga desa.

Wajah Jamal tampak sedikit khawatir, diteguknya secangkir kopi dan kembali menatap jalan gelap yang sesekali berbatuannya mengilat oleh lampu motor.

“Semoga paja si ate urang na rampo ngasang tau” (semoga hujan reda dan orang-orang bisa datang).

Menjelaskan dan mengajak terlibat masyarakat tentang hal yang baru bukanlah hal mudah. Karena masyarakat desa yang masih terbiasa dengan apa yang mereka lakukan mesti menyadari perubahan yang akan dilakukan. Hingga perlu pendampingan, duduk bersama merencanakan ide inovasi dan melakukan secara bersama.

Kepala Dusun Bide, Padang Lobo dan Tombonan dan sejumlah warga perwakilan dusun. telah duduk di teras rumah Kades Bonelemo Utara. Hanya Kepala Dusun Buntu Andi yang belum hadir. Pendamping pun menyepakati untuk menunggu sembari bercerita tentang kondisi pertanian mereka. Jamal menunggu Kadus Buntu Andi dengan penuh harap. Akhirnya ia pun tiba dan pertemuan dimulai.

Pendamping terlebih dahulu menjelaskan rencana inovasi yang akan dilakukan di Desa Bonelemo Utara dengan jagung sebagai potensi yang telah disepakati pada sosialisasi di kantor desa. Setelah perencanaan dipaparkan, mulailah pendamping mengajak warga berdiskusi tentang persoalan pada pertanian jagung.

Jagung merupakan potensi terbesar, maka hal yang harus diperhatikan adalah cara mempertahankan potensi terlebih dahulu. Dengan daya dukung lingkungan, biaya produksi, hasil panen hingga harga yang pas memengaruhi ekonomi dan kehidupan masyarakat.

Satu persatu masyarakat mengeluarkan unek-unek mereka dengan berbagai persoalan yang mereka lihat selama 3 tahun menanam jagung.

Persoalan itu di antaranya; kondisi tanah yang sudah mulai kurang subur, hasil panen jagung yang setiap tahun menurun. Dari diskusi itu, diperoleh data bahwa pada tahun pertama 6 ton per hektar, tahun kedua 4 ton per hektar, tahun ketiga menjadi 2 ton per hektar. Dengan penurunan itu membuat sebagian masyarakat mulai berpikir meninggalkan jagung.

Selanjutnya adalah, bibit yang kadang tidak mencukupi, pupuk yang mahal dan kadang langka, hama dan penyakit. Hingga membuat biaya produksi hampir setara dengan hasil yang didapat saat panen dan dijual kepada tengkulak. Demikian halnya dengan harga yang tak menentu juga menjadi persoalan bagi masyarakat.

Pada program inovasi pengembangan potensi jagung, masyarakat terlebih dahulu akan di latih cara meremajakan tanah yang sudah mulai kurang subur. Dengan menggunakan metode pengurangan bahan kimia untuk mengolah lahan yang akan digunakan untuk praktik.

Tak kalah penting adalah pemahaman masyarakat tentang berbagai nutrisi tanaman. Selama ini masyarakat hanya memperoleh melalui pupuk yang banyak disediakan pemerintah dan agen pupuk. Namun dalam program ini, pendamping akan mengajarkan dan mempraktikkan cara membuat sejumlah nutrisi/ pupuk yang bahannya bisa diperoleh di sekitar tempat tinggal. Nutrisi/ pupuk ini yang akan digunakan dalam proses pemeliharaan jagung.

Pembuatan pupuk organik, bisa menjadi solusi tentang mahal dan langkanya pupuk bagi para petani. Harapan dari pelatihan ini, selain pengetahuan yang langsung dapat dilakukan petani, dalam proses tanam hingga panen, juga dapat menurunkan biaya produksi.

Jagung yang telah dipanen di lahan praktik, akan diolah menjadi sejumlah produk. Produk di antaranya: pakan ternak, kripik jagung, serta tepung jagung. Selain itu, masyarakat juga akan memeroleh pelatihan tentang cara pengemasan dan memasarkan produk dari olahan jagung. Dalam pelatihan ini mutlak harus melibatkan perempuan sebagai bagian dari kelompok.

Langit masih mendung dan sesekali kilat bercahaya di langit gelap, perlahan gerimis kembali turun dan menimbulkan irama tak beraturan di atap seng rumah Kades Bonelemo Utara. Diskusi dan tanya jawab antara pendamping dan masyarakat selesai. Namun untuk mewujudkan program yang telah direncanakan masyarakat mesti berhimpun yang disebut dengan Kelompok Tani.

Dalam diskusi tentang pembentukan kelompok, dari 20 orang yang hadir hanya 7 orang yang bersedia menjadi anggota kelompok dan siap untuk dilatih selama 1 tahun. Maka dari 7 orang itu terbentuklah kelompok dengan nama “Kelompok Tani Mattiro Deceng”. Dengan penanggungjawab kelompok Arifuddin.

Diskusi Kelompok Tani Mattiro Deceng

Pendamping kembali menjelaskan, 1 tahun program berjalan kelompok tak akan bubar tapi akan terus berlanjut yang bisa saja menjadi Kelompok Usaha.

“Program boleh saja berakhir tapi aktivitas kelompok tetap berlanjut yang juga akan dilakukan oleh bapak-bapak yang telah menjadi anggota kelompok” kata Jamal ikut memberi penjelasan.

Setelah program berakhir, kelompok yang telah dilatih dan difasilitasi peralatan oleh Pemerintah desa akan tetap ada mengolah potensi jagung dari masyarakat menjadi produk yang siap jual di luar desa. Pengetahuan pertanian dan pendamping pun tak hanya ada pada kelompok tani saja, tapi perlu diajarkan pada masyarakat lain.

Hingga semua jagung yang berada di Bonelemo Utara tidak lagi dijual dalam bentuk biji, dengan harga yang kadang tak menentu. Bahkan merugikan petani dengan biaya produksi yang kadang tak sesuai dengan harga saat panen.

Kelompok Tani Mattiro Deceng, akan melakukan usaha-usaha dengan berbagai fasilitas olahan yang telah disiapkan selama proses pelatihan. Hal ini pula dapat membuat kelompok membuat pasar dan menentukan harga jagung di masyarakat dan saat menjual hasil olahan di luar desa.

Selain itu keuntungan yang dapat diperoleh pemerintah desa adalah keuntungan dari usaha Kelompok Tani Mattiro Deceng, juga dapat menambah PAD Desa Bonelemo Utara. Pada akhirnya usaha untuk membangun desa dengan kemandirian desa dapat diwujudkan di masa akan datang.

Reporter : CSD
Editor. : AS

Pos terkait