Belopainfo.id – PPDI Luwu dan The Samdhana Institute melaksanakan Lokalatih dan pemetaan lingkungan sosial dan rencana aksi Disabilitas terhadap bencana dan perubahan iklim di Desa Kurusumanga, Kecamatan Belopa dan Desa Cakkeawo Kecamatan Suli, Kabupaten Luwu. Jumat (01/11/24)
Dalam pelatihan ini yang melibatkan warga sebagai sasarannya adalah untuk memberikan pengetahuan kepada warga dalam peningkatan kapasitas dan partisipatif dalam menanggapi suatu persoalan, khususnya terkait persoalan bencana alam dan perubahan iklim yang ada di wilayah masing-masing.
Ketua PPDI Luwu Bakhtiar menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan ini adalah salah satu langkah kongkret yang dilakukan pasca terjadinya bencana alam banjir dan longsor pada 03 Mei 2024 lalu, dari peristiwa tersebut banyak yang harus dievaluasi terkait kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
Bahtiar menyebutkan bahwa selama tanggap darurat, data terkait penyandang disabilitas masih sangat minim, sementara di lapangan ada banyak korban bencana alam yang statusnya adalah sebagai penyandang disabilitas. Alih-alih ingin menyalurkan bantuan kepada keluarga penyandang disabilitas. Namun, justru penyandang disabilitas bahkan tidak menjadi prioritas dalam penanganan bencana.
“Dari pengalaman itu kami melakukan inisiatif untuk berbenah mulai dari pelatihan ini, sebagai langkah awal untuk memberikan pemahaman dan edukasi kepada warga terkait pemetaan lingkungan, dan responsif terhadap bencana,” ujar Bahtiar.
Sementara itu, Koordinator Wilayah V DPD PPDI Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel), Basri Andang kepada bahwa kegiatan lokalatih ini sebagai upaya dalam pelibatan dan penguatan kapasitas penyandang disabilitas dalam pengambilan keputusan terkait bencana dan perubahan iklim penting dilakukan. Sehingga penyandang disabilitas tidak menjadi korban jika terjadi bencana.
Dalam pelatihan ini, selain memberikan pemahaman mitigasi bencana, pembacaan peta, penentuan titik koordinat lokasi rawan bencana, pendataan hingga pengaplikasian aplikasi Appsheet yang digunakan melalui smartphone untuk melakukan pengimputan data di lapangan.
“Penggunaan aplikasi Appsheet untuk memberikan pemahaman kepada warga dalam melakukan pengimputan data terkait peristiwa yang terjadi di daerahnya masing-masing, hal ini sebagai suatu upaya dalam meningkatkan patipatif warga agar ikut terlibat dalam menanggapi suatu persoalan,” jelas Basri Andang yang juga Ketua Badan Pengurus Perkumpulan Wallacea.
Setelah mendapat pemahaman dalam penggunaan aplikasi dan pembacaan peta, warga dibimbing secara langsung di lapangan untuk melakukan simulasi.
Setelah tiba di Desa Cakkeawo tepatnya di SMP Negeri 3 Cakkeawo yang menjadi salah satu tempat pengungsian pasca banjir 3 Mei 2024 lalu, warga yang mengikuti pelatihan ini kemudian mengambil titik koordinat dan mengimput sejumlah keterangan kedalam aplikasi Appsheet yang sebelumnya telah diberikan.
Setelah pengimputan data, warga melanjutkan simulasi ini di beberapa titik di Desa Cakkeawo dan Desa Kurrusumanga baik langsung menuju lokasi titik rawan bencana, maupun pengimputan data warga yang berstatus penyandang disabilitas.