Lahir dan besar dari keluarga petani Bullah dan Martini, tepatnya 48 tahun yang lalu di kecamatan Bajo. Bustan, telah terbiasa untuk hidup mandiri. Selama kecil hingga beranjak remaja ada dua pesan orang tua yang tak bisa dilupakannya yaitu untuk terus belajar atau bersekolah dan membiasakan diri hidup mandiri.
Ada situasi di mana terkadang orang tuanya harus meninggalkan mereka 5 bersaudara untuk mengerjakan kebun cengkeh yang berada di Sulawesi Tenggara. Karena seringnya terpisah dari orang tua, sifat mandiri Bustan mulai tumbuh. Selain itu, selama bersekolah dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas senantiasa menunjukkan prestasi.
Lahir pada 17 Desember 1972 di Bajo Kebupaten Luwu, sejak kecil Bustan yang biasa disapa Pak Aji, menjalani hidupnya dengan banyak aktivitas seperti sekolah dan membantu orang tua di sawah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Walau kondisi ekonomi yang seadanya, namun Bustan bisa menuntaskan pendidikan 9 tahun. Dimulai dari SD Bajo tahun 1977, SMP Bajo tahun 1983, dan SMA 371 Belopa tahun 1986. Pada masa itu, Bustan senantiasa berprestasi yang dibuktikan dengan selalu masuk dalam rangking 3 besar.
Selain bersekolah dan membantu orang tua, Bustan juga senantiasa aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakulikuler, seperti OSIS dan Pernah menjadi Ketua Remaja Mesjid Kecamatan Bajo. Juga aktif di Karang Taruna. Kegiatan semacam ini pula yang membuatnya banyak bersosialisasi dengan masyarakat yang kelak akan bermanfaat ketika berada di dalam pemerintahan.
Sekalipun senantiasa dimotivasi untuk terus bersekolah, namun karena kondisi ekonomi orang tua, Bustan hanya sanggup membiayai hingga di SMA. Untuk kuliah harus mencari cara untuk membiayai diri sendiri. Karena hal ini pula Bustan tidak langsung melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.
Tahun 1992, dengan niat masih ingin melanjutkan pendidikan Bustan mendaftar di IKIP Makassar, bersamaan Kabupaten Luwu membuka pendaftaran CPNS. Mendaftarkan diri di dua tempat dan keduanya lulus. Bustan lebih memilih untuk menjadi PNS dan tempat pengabdian pertama di kecamatan Bajo.
Selama menjadi PNS di Kecamaatan Bajo, Bustan dipercaya menjadi bendahara, namun keinginan untuk terus bersekolah tak pernah hilang. Setelah 2 tahun mengabdi di pemerintahan tahun 1994 dengan biaya dari Pemerintah Daerah Bustan berkuliah di Jurusan Perpajakan Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar dan selesai dengan gelar Diploma 3. Setelah menyelesaikan kuliah, kembali mengabdi di pemerintahan selama 2 tahun. Setelah itu, kembali melanjutkan kuliah di Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta dan selesai pada tahun 2000.
Selama mengabdi di Pemerintahan, Bustan pernah menjadi Bendahara kecamatan. Setelah menyelesaikan studi di Institut Ilmu Pemerintahan Jakarta diangkat menjadi Kasi Pemerintahan Kecamatan Bajo. Tahun 2004 diangkat menjadi Sekretaris Lurah Cilallang. Saat terjadi pemekaran Bajo menjadi 2 kecamatan Bajo dan Bajo Barat Bustan kembali diangkat menjadi Sekretaris Kecamatan Bajo Barat selama 6 tahun.
Pada periode kedua Bupati Luwu Andi Mudzakkar, pindah ke Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kabupaten Luwu. 2 tahun mengabdi tahun 2017 menjadi Camat Bastem Utara. Tak lama kemudian kembali dimutasi menjadi Camat Ponrang. Bulan Oktober 2019 diangkat menjadi sekretaris Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (BPMD) Kabupaten Luwu oleh Bupati Luwu Basmin Mattayang.
Mendapat amanah sebagai sekretaris DPMD, bukanlah tugas yang mudah karena membawahi 207 desa di Kabupaten Luwu. Sebagai Kepala Kantor Dinas, Bustan terlebih dahulu membenahi administrasi internal. Sesuai dengan program Bupati Luwu tentang 3T, tertib administrasi, tertib lingkungan dan tertib personil.
Misi selanjutnya adalah pembenahan hingga level pemerintah desa, di antaranya pembenahan administrasi pengelolaan keuangan desa, monitoring pelaksanaan kegiatan birokrasi desa, singkronisasi pelaksanaan birokrasi antara desa, kecamatan dan kabupaten. Bagi Bustan, hal ini sangat penting karena program desa hingga kabupaten harus terdapat sinergitas. Dengan demikian, terjadi saling mendukung antara pemerintahan level atas dan level bawah begitu pun sebaliknya. Selain itu, dapat melahirkan koordinasi birokrasi yang baik dan memberikan informasi yang akurat.
Pengalaman hampir 20 tahun di pemerintahan membuat Bustan dapat memahami beberapa persoalan di pemerintahan desa. Masalah itu, di antaranya administrasi desa, sumber daya manusia atau aparat desa yang masih perlu dibenahi, dan hieraki birokrasi yang tidak berjalan dengan baik. Perlu memaksimalkan peran aktif kecamatan terhadap desa hingga setiap perangkat birokrasi bisa berjalan dengan baik.
Hal penting lainnya yang menjadi perhatian Bustan sebagai sekretaris DPMD, adalah mendorong desa untuk terus melakukan inovasi. Masyarakat terus mengalami perubahan, hingga pemerintah desa pun harus melakukan inovasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Walau dalam proses melakukan inovasi akan menimbulkan banyak masalah, namun dengan hal ini pemerintah dapat melihat dan melakukan pembenahan agar inovasi tetap terus berjalan.
Kedepannya DPMD telah merancang sebuah program sistem informasi desa berbasis IT. Sebagai bentuk transparansi, setiap desa mesti menyampaikan informasi tentang profil, program, anggaran dan kegiatan kepada masyarakat. Sistem informasi berbasis IT ini akan terpusat di Kabupaten Luwu, hingga siapa saja dapat melihat dan mengakses informasi tentang desa.
Editor : As
Penulis : Acp