Jamaluddin. S. AN., MH merupakan anak yang awalnya gelandangan di sebuah kampung bernama Bonelemo. Di Bonelemo, ia dilahirkan pada 2 Oktober 1980, ayahnya bernama Japin Maliku sedangkan ibunya bernama Mina.
Sejak kecil Jamal sering ditinggal oleh orang tuanya terutama sang bapak karena kesibukan berdagang dari kampung ke kampung. Sedang ibu kandungnya mengalami gangguan mental di mana mengharuskan Jamal bersama saudaranya dibesarkan dan diasuh oleh neneknya.
Jamaluddin atau biasa disapa Jamal tumbuh dan besar di sebuah keluarga yang sangat sederhana. Neneknya berprofesi sebagai tukang urut di kampung. Dari hasil profesi sebagai tukang urut itulah, digunakan oleh neneknya menghidupi Jamal dan saudaranya.
Dalam perjalanan proses pendidikannya, Jamal pernah duduk di Sekolah Dasar 558 Bide tahun 1993. Ia lulus Sekolah Menengah Pertama di Tettekang tahun1996 dan di Pare-pare ia menamatkan Sekolah Menengah Kejuruan pada tahun 1999. Di organisasi ia pernah aktif di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan sekarang menjadi pengurus Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Luwu.
Saat dewasa ia bercita-cita sebagai pelaut, di masanya pelaut menjadi pekerjaan yang sangat menjanjikan. Sejak gagal menjadi pelaut karena faktor ekonomi, akhirnya Jamal kembali ke kampung halamannya di desa Bonelemo. Di masa-masa inilah, Jamal menjadi anak gelandangan dengan menghabiskan waktunya bersama teman sebayanya. Masa di mana ia terjebak pada ‘dunia gelap’ di kampung.
Pada tahun 2007, ia banyak belajar bersama Andi Islamuddin yang saat itu menjabat Kepala Desa Bonelemo tentang ilmu pemerintahan. Di situ, ia banyak mengikuti kegiatan di pemerintahan desa. Dari proses itu, menjadi titik balik dari kehidupan Jamal yang sebelumnya anak muda gelandangan menjadi orang melibatkan diri pada kegiatan sosial kemasyarakatan. Di saat itu, ia memilih menjadi tenaga honorer di kantor Kecamatan Bajo Barat, dengan pekerjaan tersebut, Jamal banyak mendapatkan pengalaman tentang pelayanan masyarakat dan administrasi pemerintahan.
Awalnya menjadi seorang kepala desa, bukanlah menjadi sebuah cita-cita. Pada tahun 2008 Desa Bonelemo mekar menjadi tiga desa yakni Bonelemo sebagai desa induk, Bonelemo Barat dan Bonelemo Utara. Pada saat itu ia dipanggil oleh camat selama tiga kali untuk menjabat sebagai pelaksana tugas pemerintah Desa Bonelemo Utara.
Awalnya ia sempat menolak karena menganggap memimpin sebuah pemerintahan adalah pekerjaan yang sulit baginya.
‘’Permintaan menjadi seorang pelaksana tugas sempat saya tolak karena menganggap saya tidak mampu menjadi pejabat desa, apa lagi desa yang baru yang di dalamnya belum ada fasilitas pelayanan masyarakat dan infrastruktur,” terang Jamal kepada Belopainfo.
Saat beberapa kali dipanggil, akhirnya ia menerima permintaan tersebut dan menjalankan sebuah pemerintahan baru di Desa Bonelemo Utara pada tahun 2008 sampai 2009. Sejak menjabat sebagai pelaksana tugas pemerintah di Bonelemo Utara, hal yang pertama yang dia lakukan adalah membangun jalan poros penghubung desa, sebab Desa Bonelemo Utara sangat sulit diakses karena tidak memiliki jalan penghubung yang memadai.
Sampai di akhir masa tugas sebagai pelaksana tugas di tahun 2009, maka diadakanlah pemilihan kepala desa pertama kalinya di Desa Bonelemo Utara, di tahun itu, Jamal terpilih sebagai kepala desa pertama di Bonelemo Utara. Saat menjabat sebagai kepala desa ia melanjutkan peletakan dasar pembangunan di desanya. Di periode pertamanya sebagai kepala desa ia melanjutkan pendidikannya dengan mengambil Jurusan Aparatur Negara di STISIPOL Palopo dan selesai pada tahun 2016.
Hal yang dia fokuskan di periode pertamanya adalah membangun kantor desa, jalan tani, taman kanak-kanak dan sekolah menengah pertama. Ia menganggap kantor desa sebagai pusat pelayanan masyarakat, jalan tani merupakan aspek penting dalam membangun ekonomi masyarakat, sebab masyarakat Bonelemo Utara mayoritas sebagai petani dan sekolah memastikan agar pembinaan generasi di desa tersebut terus berjalan demi menatap masa depan yang lebih baik.
Di tahun 2016, Jamal terpilih kedua kalinya sebagai kepala desa, di periode kedua sebagai kepala desa ia melanjutkan pendidikan di sebuah perguruan tinggi di kota Palopo. Di tahun 2019 ia menyelesaikan pendidikan magister hukumnya di IAIN Palopo.
Pada periode kedua, ia memprioritaskan listrik masuk di Desa Bonelemo Utara, walhasil masyarakat telah menikmati fasilitas listrik yang digagas oleh pemerintah desa dan Kabupaten Luwu. Yang menarik dari periode kedua ini ia menyusun ekonomi berkelanjutan yang memfokuskan pada program pemberdayaan dengan pelibatan masyarakat dalam proses pembangunan. Membentuk BUMDes sebagai lembaga usaha desa dalam mengelola potensi desa agar Bonelemo Utara dapat mandiri.
Untuk kegiatan peningkatan mutu kualitas sumber daya manusia, melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi kreatif menjadikan Bonelemo Utara sebagai salah satu desa yang memiliki produk ekonomi kreatif yang pasarnya hingga di luar daerah Sulawesi. Dengan prestasi serta keberanian yang ia lakukan dalam melakukan sebuah inovasi baru, ia mendapatkan penghargaan oleh Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (APDESI) Luwu sebagai desa yang mengembangkan ekonomi kreatif masyarakat.
Reporter : ENK
Editor. : AS