Lahir di Desa Lamunre Tengah pada 2 Juli 1992, 28 tahun lalu. Saat itu, masih kecamatan Belopa. Belum terpecah menjadi Belopa dan Belopa Utara. Suradi Kepala Desa Lamunre Tengah tumbuh dan besar di sekitar pasar Belopa. Tentang masa remajanya, ia tidak akan malu mengatakan dirinya lebih pantas di sebut dengan “Bambong”. Sebuah kata yang berarti nakal dan kerjanya keluyuran. Bambong yang dilakukannya tidak akan mudah dilupakan. Hingga pada satu momen ia dapat merubah dirinya dan bisa terpilih menjadi Kepala Desa seperti sekarang.
Sore hari, Selasa 11 Februari 2020 tepatnya di Kantor Desa Lamunre Tengah sebuah bangunan kantor yang beberapa tahun nyaris tak ada perubahan. Namun, kini tampak berwarna cerah dengan bagian halaman yang tertata rapi dan ditumbuhi berbagai tanaman obat.
Suradi, anak muda berperawakan kurus dan tinggi turun dari sebuah motor trail. Langkahnya tegap namun akan membungkukkan badan lalu menjabat tangan kepada setiap tamu yang datang mengunjungi kantornya. Sebuah sikap yang dilakukannya kepada siapa saja yang bisa ditemuinya baik di kantor desa maupun di tempat lain.
Setelah itu, diajaknya kami menuju ruangan kepala desa, mempersilakan tamunya duduk di sofa dan ia sendiri menarik sebuah kursi merah untuk dirinya. Sekalipun setiap orang yang masuk ruangan itu tahu bahwa sebuah kursi hitam empuk di belakang meja kerja adalah untuk dirinya sebagai kepala desa. Namun, ia lebih memilih menduduki kursi berwarna merah dengan rangka besi, kursi yang sama digunakan oleh aparat dan stafnya ketika bekerja.
Pasca Suradi dilantik menjadi kepala desa oleh Bupati Luwu Basmin Mattayang, tak perlu menunggu anggaran desa ditetapkan melalui APBDes. Kantor Desa Lamunre Tengah yang terletak di pinggir kali dalam beberapa tahun nyaris tak berubah. Kini disulapnya menjadi sebuah bangunan yang berwarna cerah. Kelak Suradi akan menerapkan hal ini pada sebuah jalan, di mana rumah penduduk akan dicat dengan warna warni.
Mengapa harus kantor desa?
Suradi mengungkapkan, kantor desa adalah pusat dan cerminan dari pelayanan pemerintah desa (Pemdes) pada masyarakat. Bagaimana mungkin kita bisa membawa perubahan pada masyarakat jika kantor desa saja tidak bisa dibenahi. Tuturnya dibarengi senyum khasnya.
Pemuda yang lahir dari pasangan Abdul Hamid DM (alm) dan Rommy AB, memulai pendidikan di SD Kampung Tangnga pada tahun 2005. SD tempatnya belajar kini berada tepat di depan Kantor Desa. Tahun 2008 melanjutkan pendidikan di SMP Belopa, setelah itu, melanjutkan pendidikan ke SMK namun tidak selesai. Terkait hal ini Suradi dengan jujur mengatakan hal tersebut karena kenakalannya di masa remaja. Namun pada tahun 2011, berhasil mendapatkan ijazah SMA melalui paket C.
Setelah beberapa tahun ikut orang lain dengan berbagai aktivitas akhirnya, Suradi mendapatkan satu momen yang menurutnya akan meubah keadaan dirinya. Tahun 2013 di sebuah warung kopi, dia bertemu dengan Ahkam Basmin yang saat itu masih menjadi pengurus AMPI. Setelah pertemuan itu, Ahkam Basmin membawanya ke Makassar. Dan selama beberapa tahun kemudian dia menetap di rumah Arham Basmin mantan ketua AMPI. Hingga saat Arham menjadi ketua Pemuda Pancasila Suradi tetap bersama dan terus belajar banyak hal.
Masa inilah Suradi mengenal dunia organisasi kepemudaan dan aktivitas sosial. Ia mulai peduli kepada masyarakat miskin dan ikut terlibat dalam memberikan bantuan kepada korban bencana alam di Luwu ini.
Di organisasi Pemuda Pancasila, ia pernah diutus menjadi salah satu peserta mewakili Pemuda Pancasila Kabupaten Luwu dalam Pelatihan Bela Negara. Secara perlahan pendidikan non formal yang dilalui merubah cara pandangnya. Mau tak mau Suradi harus mengakui Arham Basmin, adalah mentornya yang paling banyak membawa perubahan pada dirinya.
“Beliau selalu mengajak saya berpikir dan mengarahkan saya. Di dalam dunia organisasi kepemudaan saya selalu diarahkan untuk terlibat dalam berbagai aktivitas sosial” kata Suradi sambil menunduk, mengingat masa-masa saat dia masih bersama Arham Basmin.
Tahun 2019 saat Pilkades serentak akan dilaksanakan di Kabupaten Luwu. Suradi pun ikut menjadi salah satu calon. Niat menjadi kepala desa ini tidak serta merta datang begitu saja. Saat masih di Makassar, setelah lama bergelut di Pemuda Pancasila dan aktivitas sosial, Suradi memiliki sebuah keinginan untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat desa kepada pemuda. Baginya pemuda adalah salah satu aset desa yang harus mengambil peran penting dalam merubah kondisi dan membangun masyarakat desa.
Sebelum mewujudkan niat untuk maju menjadi kepala desa, Suradi terlebih dahulu berdiskusi dengan beberapa orang temannya termasuk kepada Arham Basmin orang yang selama ini banyak memberinya masukan. “Kalau niatmu baik dan kau betul-betul mau bekerja untuk masyarakat di desamu. Bismillah silakan maju” itu pesan Arham Basmin kepadanya.
Kembali ke desa kelahirannya, tidaklah mudah bagi Suradi untuk menyampaikan maksudnya, apalagi kepada ibunya Rummy AB. Suradi menyadari orang tuanya bukan tokoh masyarakat dan orang terpandang. Saat masih kecil ia ingat almarhum ayah dan ibunya hanya bekerja sebagai penjual sayur yang setiap hari berkeliling dari pasar satu ke pasar lain di beberapa kecamatan. Adalah hal yang mustahil seorang anak muda yang telah 6 tahun meninggalkan kampungnya tiba-tiba datang dan berniat menjadi calon kepala desa. Terlebih lagi sebelum meninggalkan desa ia meninggalkan kesan buruk: pemuda ugal-ugalan.
Bagi Suradi, kepala desa adalah tempat mengabdi bagi siapa saja kepada masyarakat. Tanpa memandang status sosial. Hingga siapa pun bisa menjadi calon dengan visi misi yang akan dilaksanakan untuk membangun desa. Belum lagi kondisi masyarakat Desa Lamunre Tengah yang homogen, bagi Suradi menjadi tantangan tersendiri untuk bisa terpilih.
“Saat saya maju calon kepala desa banyak orang bertanya siapa itu? Karena lama saya meninggalkan desa ini. Secara perlahan saya mendatangi mereka dan menjelaskan visi misi serta apa yang akan saya lakukan kedepannya” Suradi menjelaskan awal-awal ia menjadi calon kepala desa.
Untuk membangun desanya kedepan, Suradi fokus pada pengembangan BUMDes. BUMDes adalah salah satu indikator kemandirian desa. Masyarakat Lamunre Tengah yang sejak dulu banyak hidup dari berdagang dan bisnis harus ditopang dengan keberadaan BUMDes. Walau menganggarkan Bumdes hingga 200 juta, namun Suradi tak akan menjalankan anggaran itu tanpa ada pembenahan Sumber Daya Manusia (SDM) terlebih dahulu.
Akunya, para pengurus BUMDes dan masyarakat harus memperoleh pelatihan tentang manajemen bisnis, pengembangan produk inovatif, hingga pemasaran produk. Keberhasilan BUMDes akan terwujud dalam memandirikan desa dengan adanya SDM yang baik pula.
Menurut Suradi sejumlah warga telah melakukan usaha kreatif dan berbagai macam usaha lainnya. Peran BUMDes adalah membuka pasar untuk produk, hingga masyarakat tak perlu lagi khawatir ketika memasarkan produk mereka, karena hal itu akan dilakukan oleh BUMDes.
Suradi menyadari tidak akan bisa bekerja sendiri untuk mewujudkan cita-citanya membangun desa. Dalam menjalankan visi dan misinya, ia membuka ruang untuk orang-orang yang ingin berbagi ide dan inovasi untuk membangun desanya. Hal itu akan diwujudkan Suradi dengan kerja sama pada sejumlah lembaga dalam hal penanganan limbah sampah dan para pelaku bisnis yang nantinya akan melatih masyarakat dan pengurus BUMDes.
Suradi berharap dengan banyaknya ide dan masukan dari berbagai pihak usahanya untuk membangun Lamunre Tengah menjadi desa yang mandiri dapat terwujud.
Reporter : CSD
Editor : AS