Hari Tani Nasional, Ini Cerita Warga Sumabu Hidupi Keluarga Hingga Sekolahkan Anak

  • Whatsapp

Belopainfo.id — Sekiatar tahun 1980an, Haris (60) mulai membuka lahan yang dulunya adalah hutan blantara, Selain membuka lahan, ia juga secara perlahan membeli lahan warga yang tak mampu mengolah lahannya karena kondisi lahan sangat keterbatasan sumber air.

Bacaan Lainnya

Hidup di Desa Sumabu, Kecamatan Bajo, Kabupaten Luwu, salah satu desa yang sumber mata air sangat terbatas, karena tak ada aliran sungai yang mengairi di desa ini, sehingga masyarakat hanya bergantung dari air hujan saja.

Masyarakat Desa Sumabu hanya hidup dari hasil berkebun, karena tak ada sawah yang bisa digarap lantaran tidak adanya sumber air yang menjadi pemasok utama untuk kebutuhan tanaman padi.

Hal itu sangat dirasakan oleh Haris. Namun, itu tidak membuatnya patah semangat dan terus berusaha, tiap hari ia mengolah lahannya dan menanam kakao dan beberapa jenis sayuran untuk menunjang kebutuhannya dan keluarganya.

Haris dan Istrinya Rahima (52), hidup bersama 11 anaknya, yang 3 di antaranya sudah ia sekolahkan hingga menyandang gelar sarjana, 3 lainnya masih sementara kuliah, dan selebihnya ada yang di bangku SD, SMP, dan SMA.

“Dari hasil berkebun, Alhamdulillah sudah ada anak saya yang sarjana,” imbuh Haris kepada Wartawan. Sabtu (24/09/22).

Ia menyekolahkan anaknya dari hasil perkebunan yang ia kelola, dari menanam coklat dan sayur-sayuran. Meski begitu bapak Haris tetap merasakan bagaimana pahitnya menjadi seorang petani, dengan kondisi buah kakao yang sampai saat ini masih terserang hama penyakit sehingga hasilnya juga tidak lagi maksimal.

“Kalau dulu hasil dari buah kakao lumayan baik, tapi sekarang sudah tidak lagi karena banyak hama penyakit, sekalipun diberi pestisida hasilnya masih tetap sama,” keluh bapak Haris.

Selain kakao, kini bapak Haris juga fokus dengan menanam sayur-sayuran, sebelum mengikuti teknik budidaya yang diterapkan oleh pemerintah Desa Sumabu, hasilnya belum maksimal, tapi kali ini bapak Haris mulai budidaya sayur dengan menggunakan metode dari arahan pemerintah Desa.

Kepala Desa Sumabu dan Bapak Haris di perkebunan sayur (Foto: Ysf)

Mulai dari mengolah lahan dengan cara digemburkan terlebih dahulu karena kondisi atau tekstur tanah yang ada di Desa Sumabu lumayan keras, teknik penanaman dan jarak yang beraturan, perawatan hingga saat ini hasilnya sudah bisa dirasakan.

“Dibandingkan dengan yang dulu, kalau untuk yang sekarang hasilnya tampak jelas, dengan melihat pertumbuhan tanaman dan buah yang dihasilkan sangat beda jauh dari cara kami menanam sebelumnya,” jelas Haris.

Sementara itu, di hari Tani Nasional, Haris berharap ada perhatian pemerintah terkait alat dan infrastruktur di Desa Sumabu sehingga masyarakat luar dapat dengan mudah mengakses untuk menikmati hasil perkebunan masyarakat Desa Sumabu.

Pos terkait