Inspirasi Buruh Kasar Menjadi Pengusaha

  • Whatsapp

Belopainfo – Berawal dari serpihan-serpihan cerita yang banyak kita temui dikalangan masyarakat kecil, entah itu di perkotaan ataukah di desa-desa, terkadang banyak diantara kita yang tadinya hanya lalu-lalang dan melewatkannya begitu saja.

Pengalaman-pengalaman itu juga mungkin tak banyak dikisahkan, dituliskan apalagi dibuatkan dalam bentuk film yang marak ditampilkan di layar kaca untuk dipertontonkan dan dinikmati publik.

Sebagai salah satu kisah kesuksesan Rudi (30) salah satu masyarakat yang pernah bekerja sebagai buruh kasar. Kini sudah mulai membuka usahanya sendiri sebagai Pembuat Batako yang ada di Desa Salu Paremang, Kecamatan Kamanre, Kabupaten Luwu. Rabu (29/12/21).

Sebagai pekerja buruh kasar, tentu ada banyak hal yang tak semua orang pernah rasakan. Bekerja dengan mengandalkan tenaga, pakaian kusut dan kusam untuk melindungi tubuh dari terik panasnya matahari.

Tetesan keringat berjatuhan tiap harinya, membuat campuran dari pasir dan semen, mengangkat batu bata dan menyusunnya dengan rapi. Telapak tangan yang kasar, menggenggam erat skop yang terdapat bekas percikan campuran pasir dan semen yang mengering.

Hari demi hari ia geluti sebagai pekerja buruh kasar hanya untuk menghidupi istri dan anaknya. Terkadang ia bekerja sebagai pemborong bangunan kadang pula menjadi buruh kasar harian. Hal itu dilakukan Rudi hanya untuk mencari nafkah

Dalam sehari bekerja, dimulai dari pukul 07.00 hingga pukul 17.00, ia kadang diberi upah sebesar Rp. 70.000 sampai Rp.100.000, pekerjaan ini dilakoninya selama bertahun-tahun.

“Ya semuanya disyukuri saja pak, yang penting bisa kerja punya penghasilan untuk keluarga, alhamdulillah,” ucap syukur Rudi dengan mata sedikit berkaca.

Pengalaman dari Buruh Bangunan Kini Menjadi Pengusaha Batako

Rudi (30) selama bertahun-tahun bekerja sebagai buruh bangunan, dari menyusun batu bata dan batako. Inspirasi itu muncul seketika dan Ia berniat mengubah nasib dengan pendapatan yang dapat menopang kebutuhan ekonomi keluarganya.

Pada akhir tahun 2018, ia mulai berpikir untuk membuka usaha batako. Berdasarkan pengalamannya sebagai buruh bangunan, ia melihat ada peluang besar jika menggeluti usaha penyedia bahan bangunan berupa batako.

Awalnya Rudi hanya membuat beberapa batako saja dengan menggunakan alat seadanya. Melihat hasilnya yang lumayan bagus, ia kemudian mengembangkan usaha tersebut.

Dari curaian Rudi, usaha yang ia geluti, kini tidak terlalu sulit. Bahkan ia juga sudah memberdayakan masyarakat sebagai karyawan pembuatan Batako.

“Alhamdulillah penghasilan dari usaha ini cukup lumayan, namun tidak menentu karena kita juga berkerja tergantung dari pesanan,” curaian Rudi sambil merapikan susunan Batako.

Dalam proses pembuatan batako, yang terbuat dari campuran pasir dan semen dengan takaran satu sak semen dan lima gerobak pasir, kemudian dicampur dengan menggunakan mesin moleng (alat pengaduk). Setelah adonan (semen dan pasir) tercampur rata, kemudian dituang dan dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah itu dipadatkan dengan dihimpit agar menghasilkan batako yang kuat, selanjutnya didiamkan beberapa menit dan dikeluarkan dari cetakan.

Sementara itu, dalam satu sak semen, mampu menghasilkan 70-an lebih batako. Satu hari mereka mampu menghasilkan 350 buah batako atau setara dengan lima sak semen. Harga satuan batako Rudi jual dengan kisaran Rp. 3.500 rupiah dan bisa saja berubah tergantung jarak pengantaran.

“Kita jual Rp. 3.500 tapi bisa berubah tergantung jarak pengantaran dan kalau misalnya batakonya dijemput sendiri kadang kita kasih Rp. 3.000 saja,” kata dia.

Sejauh ini, usaha yang sudah tiga tahun ia geluti kini sudah dikenal masyarakat, bukan hanya di wilayah Luwu, di luar Luwu juga sudah ada yang pesan misalnya di daerah Soppeng, Bone, Sidrap dll.

Penulis: Ysf

Pos terkait