Desa atau udik menurut definisi universal, adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan. Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh kepala desa. Menurut Bambang Utoyo, desa merupakan tempat sebagian besar penduduk yang bermata pencarian di bidang pertanian dan menghasilkan bahan makanan.
Sedangkan UU Nomor 6 tahun 2014, desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa Tumbubara adalah sebuah desa yang terletak di kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Pada Kamis 6 Februari 2020, Bersama Pendamping Pemberdayaan (PDP) Bajo Barat, saya berangkat menuju Desa Tumbubara, Kecamatan Bajo Barat, Kabupaten Luwu. Kami berangkat dari pukul 08:30 WITA pagi yang dengan mengendarai sepeda motor dari rumah PDP Bajo Barat. Setelah ditempuh sekitar 30 menit, tepatnya pukul 09:00 WITA, kami sampai di rumah Kepala Desa Tumbubara.
Adapun tujuan kedatangan kami adalah untuk meninjau salah satu tempat di daerah Tumbubara yang berpotensi untuk di jadikan agrowisata. sesampainya kami di rumah kepala desa, kami pun menunggu sejenak masyarakat yang telah di panggil kepala desa Tumbubara untuk menemani kami ke lokasi yang akan di jadikan agrowisata.
Sambil menunggu kedatangan masyarakat, kami dihidangkan durian oleh kepala desa, Muqaddim, S.Ag. Memang desa ini, kategori penghasil durian. Sambil menikmati durian, tak lama berselang beberapa masyarakat Desa Tumbubara berdatangan satu per satu. Selain dari masyarakat Desa Tumbubara, juga ikut serta Kepala Desa Bonelemo, Baso SH.
Sekitar 1 jam kemudian, kami pun berangkat dari rumah kepala desa menuju lokasi agrowisata. Kata masyarakat jarak lokasi agrowisata sekitar 7 kilo meter, jalannya menanjak. Bila musim hujan seperti ini, jalan akan berlumpur. Setelah semua berkumpul. kami pun berangkat dengan mengendarai motor. Semua rombongan, memakai motor tergolong kuat untuk mendaki.
Pukul 10:30 WITA pagi, bersama dengan rombongan saya yang ditugasi meliput peninjauan ini, di bonceng oleh salah satu warga Tumbubara. Awalnya jalan masih bagus tapi setelah sekitar 1 kilo meter jalan mulai cukup menantang. Semakin jauh jalan semakin extrim.
Walau jalan terjal dan sedikit ekstrim, namun kita sungguh suguhi pemandangan yang begitu indah. Gunung yang tumbuhi pohon lebat sepanjang jalan kita akan saksikan. Di sini memang beberapa lokasi kami lewati masuk kawasan hutan lindung. Dan warga Tumbubara berkomitmen menjaganya.
Menjelang siang, tepatnya pukul 11 WITA, kami pun tiba di lokasi. Sesampainya di lokasi kami istirahat sejenak. Mungkin sekitar 10 menit. Setelah itu, kami pun melanjutkan untuk meninjau langsung lokasi yang titik perencanaan agrowisata Desa Tumbubara. Setelah melihat langsung lokasi agrowisata, untuk saat ini lokasi tersebut masih di penuhi pohon dan tanaman. Dan daerah tersebut masih dijaga kelestariannya oleh warga Tumbubara.
Di sekitar lokasi rencana agrowisata, juga terdapat air terjun yang mempunyai ketinggian 117 meter. Ini akan menjadi daya tarik tersendiri kedepan yang bisa menjadi alasan mengunjungi agrowisata ini. Rencana agrowisata oleh pemerintah Desa Tumbubara, masuk dalam perencanaan pembangunan jangka panjangnya. Sehingga pembangunan agrowisata setiap tahunnya akan dianggarkan. Demikian yang disampaikan oleh kepala Desa Tumbubara di sela-sela istirahat kami. Dan masyarakat pun sangat antusias dengan ide kepala desa ini.
Agrowisata sejatinya adalah aktivitas wisata yang melibatkan penggunaan lahan pertanian atau fasilitas terkait yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Agrowisata memiliki beragam variasi, seperti labirin jagung, wisata petik buah, memberi makan hewan ternak, hingga restoran di atas laut.
Rencananya luas lokasi agrowisata Tumbubara oleh kepala desa memprediksikan sekitar 6 hektar. Nantinya akan di bagi menjadi 6 zona setiap zona memiliki satu jenis tanaman buah-buahan. Tapi sebelumnya, kami akan melakukan pembersihan lahan. Menentukan luasnya secara pasti dengan menggunakan pengukuran GPS. Pembibitan, membuat jalan melingkar, jalan setapak yang memisahkan setiap zonanya. Sedangkan untuk perbaikan akses jalan dari pemukiman warga ke lokasi, sudah masuk perencanaan kabupaten. Kita berharap semua ini bisa terlaksana dengan lancar. Terang kepala desa.
Reporter: WM
Editor. : AS