Komunitas sejarah Daras Ulang bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah (HMPS) Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum (FIS-H) Universitas Negeri Makassar, mengadakan diskusi buku karya Subarman Salim berjudul Satu Teluk Tiga Pelabuhan: Jaringan Pelayaran-perdagangan Kawasan Teluk Bone, Kolaka, Boepinang, melalui virtual zoom. Minggu (26/05/24).
Diskusi ini menghadirkan dua narasumber, yaitu Subarman Salim selaku penulis buku dan Abd. Rahman Hamid, Sejarawan Universitas Raden Intang Lampung. Dimoderatori oleh Ahmad Subair, Dosen Prodi Pendidikan Sejarah FIS-H UNM, diskusi ini berlangsung interaktif dengan peserta dari unsur mahasiswa, akademisi, dan guru sejarah.
Dalam pemaparannya, Subarman Salim menjelaskan proses kreatif lahirnya buku tersebut. Buku yang terdiri dari 15 bab tersebut mencoba untuk melihat posisi, peran dan bagaimana jejaring perdagangan yang terbentuk dari hubungan sosio-historis Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara yang dihubungkan oleh Pelabuhan Bajoe, Kolaka dan Boepinang di Kawasan Teluk Bone.
“Ada beberapa pengalaman personal pada saat pribadi masih kecil. Sering mendengar kalimat-kalimat yang diungkapkan oleh leluhur. Baje pole Tanah Ugi, dempo pole Tenggara. Ini diungkapkan oleh perantau-perantau yang berkunjung ke Tenggara maupun ke Selatan. Inilah salah satu titik berangkat riset ini selain tentunya peran integrative Teluk Bone bagi jaringan ekonomi kawasan,” kata Subarman.
Buku ini juga menurut Subarman tidak hanya dibaca untuk kalangan akademik tetapi kalangan dari luar kampus karena juga mengangkat kisah-kisah dari informan yang diwawancarai. Hal senada juga diungkap oleh Abd. Rahman Hamid yang melihat bahwa buku karya Subarman merupakan karya etnografi sejarah bahari.
“Kalau melihat informasi yang diperoleh dan cara penyajian karya ini maka saya boleh menyebut ini sebagai satu contoh etnografi sejarah bahari. Sebab karya ini dituliskan dari apa yang dituturkan para pelaku yang masih hidup terutama 12 orang yang diwawancarai. Beberapa diantaranya adalah pemilik kapal, nakhoda, dan awak kapal,” ungkap Rahman.
Teluk Bone menurut Rahman Hamid merupakan tempat lahirnya kebudayaan bahari Bugis-Makassar dan simpul jaringan diaspora Bugis ke berbagai Pelabuhan di Nusantara hingga pantai utara Australia. Ia juga mengusulkan gerakan kebudayaan sebagai aksi nyata dalam melihat dan mempertahankan budaya maritim di Kawasan Teluk Bone.
Kemudian dalam pemaparan bukunya Subarman mendorong rekomendasi kepada pemangku kebijakan untuk melihat situasi kritis Kawasan Teluk Bone hari ini. Seperti maraknya penggunaan bahan peledak untuk menangkap ikan, degradasi pantai, dan eksploitasi pertambangan.
Di akhir diskusi beberapa peserta meminta agar adanya tindak lanjut terkait tema-tema kajian maritim. Khususnya dalam hubungan dengan kurikulum merdeka karena peserta dari kalangan guru sejarah merasa membutuhkan tambahan literasi tematik kesejarahan.