Covid-19, kini menjadi pandemi yang mengancam eksistensi manusia. Ia bergerak bak hantu. Menakutkan. Menyeramkan. Ia tak memilah dan memilih. Siapa saja bisa terjangkiti. Tak mesti orang kaya. Miskin pun tak luput jadi sasaran. Ia sungguh mengkhawatirkan. Kini manusia kembali diuji dengan perangkat ia punya. Dengan pengetahuan yang dimiliki apakah ia mampu keluar dari kemelut ini.
Sejak wabah Covid-19 merambah ke pelosok tanah air Indonesia, maka para pemimpin dituntut bergerak cepat melakukan upaya pencegahan Covid-19 agar wabah ini tidak tersebar lebih masif.
Di pelosok jauh Indonesia. Di Utara Makassar sebuah Kabupaten seperti kabupaten lain bergerak memutus mata rantai Covid-19 ini. Namun ia sedikit punya terobosan. Walau akhirnya kontroversial.
Kabupaten Luwu yang pimpin Basmin Mattayang memilih cara yang berbeda untuk memutus mata rantai Covid-19 ini. Ia dengan menerapkan pilihan kebijakan yang sangat berisiko dan tentunya sebagian orang menganggapnya ini tidak populer. Tapi bagi pemimpinnya, meladeni mereka yang nyinyir harus dengan kerja cerdas, cepat dan tepat.
Keputusan frontal diambilnya. Bukan hanya soal physical distancing, penyemprotan desinfektan, tapi adalah menutup seluruh ruang akses pelaku usaha ekonomi mikro, pariwisata, dan lain-lain.
Ia berkesimpulan akhir dari kebijakan ini adalah menghindari kerumunan-kerumunan yang bermuara pada transaksi ekonomi yang melibatkan banyak orang. Sebab, ia sadar bahwa potensi beredarnya penyakit ini bisa saja terjadi saat berkumpulnya orang-orang.
Ia pun menghitung segala risiko dan dampak ekonomi yang dihadapi oleh pelaku usaha yaitu kolapsnya ekonomi kerakyatan di Luwu. Namun sepertinya ia punya prinsip bahwa tradisi gotong royong orang-orang Luwu selalu ada. Ia akan selalu saling membantu dalam kondisi badai krisis ekonomi yang ada. Apa pun itu, rakyat Luwu akan selalu survive.
Lakukan karantina wilayah.
Jauh sebelum Gowa dan Makassar melakukan Pembatasan Sosial Skala Besar, di Luwu sudah diterapkan. Ia disebut dengan Karantina Wilayah Tiga Hari. Keputusan karantina wilayah ini bukan tanpa masalah. Ia menuai pro dan kontra. Apalagi beredar imbauan oleh Basmin Mattayang berupa pamflet dan video yang berdurasi 2 menit.
Banyak desakan dari pihak-pihak yang tak sejalan dengan keputusan ini, meminta kepada Basmin menunda keputusan tersebut. Tapi dengan tenang ia mengabaikan desakan opini. Desakan oposisi. Ia mengunci yang berbeda dengannya, dengan tetap menjalankan keputusan tersebut.
Ia kontroversial, tapi lihat, rakyat Luwu menyambutnya dengan taat untuk berdiam diri di rumah selama 3 hari dan Luwu sepi dan jauh dari hingar bingar kebisingan.
Tentu penulis masih penasaran dengan langkah apa lagi yang akan di rumuskan oleh Basmin ke depan untuk memastikan Luwu tetap dalam Kondisi zona hijau. Olehnya itu, saya dan kita semua punya harapan, pemimpin kita tetap sehat selalu. Bagaimanapun ia adalah nahkoda Luwu. Di tangannya harapan dengan segala kebijakannya bisa membawa tetap aman dari pandemi ini. Dari Covid-19 yang beringas ini.