Jalan Hidup Seorang Tunanetra Sebagai Guru Ngaji

  • Whatsapp

Belopainfo — Setiap manusia yang diciptakan Allah SWT tentu ada yang memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, tak ada yang dilahirkan di muka bumi sebagai manusia yang sempurna.

Terkadang ada yang menganggap bahwa kelebihan yang ada pada dirinya adalah sebuah keberuntungan. Namun ada pula yang menganggap kekurangan adalah sebuah kutukan atau sebagai kesialan karena tak diciptakan sebagai manusia normal pada umumnya.

Namun, berbeda ketika kita mencoba memasuki dunia seorang penyandang tunanetra yang ada di Dusun Sarojae, Desa Mario, Kecamatan Ponrang Selatan, Kabupaten Luwu.

Namanya Ma’ruf atau lebih dikenal dengan sebutan Ustaz Ma’ruf, pria kelahiran 1972 ini memiliki kisah perjalanan hidup yang sangat menginspirasi. Bagaimana tidak, ia mampu menjadi seorang guru Tilawatil dan Tahfiz Quran dari berbagai wilayah yang ada di Luwu Raya dengan status sebagai penyandang disabilitas.

Kita akan mengulas kisah Ustad Ma’ruf putra dari pasangan suami istri (Alm. La Dewi dan Alm. Ipadang). Pada saat ia menceritakan pengalamannya kepada Wartawan Belopainfo.id.

Ustad Ma’ruf pernah diceritakan oleh ibu kandungnya tetang kondisi fisik yang ia derita. Menurut ibunya (Alm. Ipadang) pada saat dilahirkan, Ustad Ma’ruf lahir dengan kondisi normal, hanya saja pada saat memasuki umur satu tahun, ia terserang penyakit cacar. Saat itu, untuk mendapatkan pengobatan medis sangat sulit sehingga menyebabkan Ustaz Ma’ruf mengalami gangguan penglihatan (buta).

“Sebenarnya, kata ibu saya, pada saat lahir saya itu tidak buta hanya karena penyakit yang saya derita pada umur satu tahun dan pada saat itu obat dan pertolongan medis juga masih susah, ya karena terlambat diobati makanya saya mengalami kondisi seperti ini,” ujar Ustaz Ma’ruf kepada wartawan saat ditemui di kediamannya di Desa Mario, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu. Selasa (07/12/21).

Singkat cerita, pada usia dini, walau dengan keterbatasan ustad Ma’ruf sangat disiplin dan memiliki semangat untuk belajar khususnya belajar tentang Agama dan Al Qur’an.

Belajar Melalui Suara dan Mengajar Melalui Suara

Tepatnya pada usia 13 Tahun, Ustaz Ma’ruf mulai belajar tetang ilmu tahfiz, ia belajar pada dua orang guru yaitu, Hj Darma S.Ag dan Ustaz Hapid. Keduanya bertempat di Kota Palopo pada waktu itu, Ustaz Ma’ruf dibimbingnya dengan penuh kesabaran.

Tentu saja mengajar ilmu tahfiz kepada seorang penyandang tunanetra sudah pasti tidak mudah. Butuh kesabaran untuk mentransformasikan pengetahuan kepadanya.

Usdaz Ma’ruf yang memiliki keterbatasan fisik tak mampu mengenali huruf melalui penglihatan, tak mengenali huruf Hijaiah, ia hanya mengenal huruf melalui pendengarannya.

“Saya hanya menggunakan pendengaran saya, apa yang diucapkan guru saya itulah yang saya ingat,” ujarnya.

Begitulah ia (Ustaz Ma’ruf) menjalani proses belajar bersama kedua gurunya. Ia menyampaikan bahwa selama proses belajar terkadang gurunya harus mengulang beberapa kali menyebutkan ayat-ayat suci Al Quran agar dirinya bisa mengetahui dan menghafalkannya.

Singkat cerita, begitulah perjalanan hidupnya selama belajar dari kedua gurunya. Apa yang ia dapatkan kemudia diaplikasikannya dan meraih beberapa juara saat mengikuti lomba tahfiz Quran baik itu pada tingkat Kabupaten, Provinsi, maupun di Luar Pulau Sulawesi.

15 Tahun Perjalanan Sebagai Pengajar Tilawatil Quran dan Tahfiz Quran

Prestasi itu bukanlah capaian dari seorang Ustaz Ma’ruf, niatnya adalah menyebarluaskan pengetahuan yang didapatkannya dan melakukan perjalanan untuk mendidik santri-santri yang ada di Luwu Raya.

Berbagai pesantren maupun masjid-masjid tekah ia jajaki. Tak tanggung-tanggung selama 15 tahun Ustaz Ma’ruf mengajar Tilawatil Quran dan Ilmu Tahfiz.

“Saya sudah mengajar selama 15 tahun di berbagai pesantren maupun masjid,” ucapnya.

Adapun beberapa pesanteren dan masjid yang sudah ia singgahi untuk memberikan edukasi kepada para santri yaitu, Pesantren Nurul Junaidia Burau di Luwu Timur. Pesantren Darul Arkam Balebo Masamba, Masjid Baburrahma Baebunta, dan Masjid Miftahul Haera Desa Batu Alang Sabbang, Luwu Utara. Masjid-masjid di Desa Kalotok Luwu Utara, Masjid Jami Palopo, Bajo, Padang-Padang, dan Ponrang di Kabupaten Luwu.

Penulis: Ysf

Pos terkait