BelopaInfo – Jumat (17/07/2020). Bencana banjir bandang yang melanda Luwu Utara menelan puluhan korban jiwa, ribuan warga mengungsi dan kerugiaan materil. Pencarian korban yang terseret arus masih terus dilakukan, demikian pula dengan penyaluran bantuan kesejumlah tempat yang masih sulit untuk diakses.
Dikutip dari beberapa media sejumlah pihak menyampaikan penjelesana tentang penyebab bencana ini. Seperti curah hujan yang tinggi, degradasi lingkungan, dan alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
Bencana yang terjadi di Luwu Utara menjadi sebuah pelajaran penting bagi daerah lain. Utamanya daerah yang setiap tahunnya menjadi langganan bencana alam saat musim hujan. Hal ini disampaikan oleh Ketua KNPI Sulawesi Selatan Arham Basmin, yang telah 4 hari berada di lokasi bencana. Menurutnya berbagai hal harus dipersiapkan oleh pemerintah untuk meminimalisir efek bencana. Berikut kutipan wawancana Belopa Info kepada Arham Basmin disela-sela kesibukannya membantu korban banjir bandang Luwu Utara.
Melihat kondisi bencana saat ini yang terjadi di Luwu Utara, menurut anda apa yang paling dibutuhkan saat ini agar bantuan tersalurkan ke seluruh korban?
Sebagai Wija To Luwu sangat prihatin terhadap bencana yang terjadi serta apa yang menimpa saudara-saudara kita di Luwu Utara. Saat ini bantuan sudah berdatangan dari banyak pihak seiring dengan terbukanya akses yang awalnya tertutup lumpur.
Salahsatu hal yang sangat dibutuhkan adala kendaraan roda dua untuk mendistribusikan secara cepat bantuan ke wilayah-wilayah terdampak banjir yang tentu saja sulit diakses dengan roda empat.
Apa saja yang paling dibutuhkan pengungsi saat ini?
Menurut pengamatan saya selama beberapa hari di lokasi banjir, yang sangat dibutuhkan adalah tenda-tenda atau terpal, karpet, selimut, pakaian layak pakai, serta kebutuhan bayi seperti popok, minyak telon, dan susu yang bisa langsung diminum, saran saya agar bantuan susu tidak perlu lagi diseduh dengan air panas. Tidak kalah pentingnya juga kita membantu menyupplay obat-obatan, suplemen atau vitamin buat korban.
Menurut anda, apa yang harus dilakukan pemerintah atas kerugian materi dan psikis korban bencana?
Pemerintah pastilah sudah mendata kerugian materi yang diakibatkan oleh bencana ini. Rumah-rumah akan dibenahi, begitu pula infrastruktur seperti: jalan, gedung, sarana ibadah, sarana pendidikan, olahraga dan lain-lain. Secara psikis, pemulihan korban terutama anak-anak yang masih kecil dan rentan kondisi jiwanya. Ada baiknya disiapkan tenaga psikiater, agar pemulihan kondisi psikologis mereka dapat segera teratasi. Terutama korban yang menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri, keluarga mereka hanyut terbawa arus, bahkan melihat langsung keluarganya meninggal dunia.
Belajar dari bencana di Luwu Utara ini, apa yang mesti dipersiapkan oleh Pemda Luwu?
Saya tidak mendoakan di Luwu akan terjadi musibah, karena tentu kondisi seperti ini bisa menimpa wilayah mana saja di dunia ini. Jika diibaratkan makanan khas suatu daerah, suka atau tidak kita pasti akan ketemu dengan kuliner khas di daerah yang kita tempati, itu analoginya. Pemerintah memang harus mengambil langkah antisipatif terhadap bencana kedepan, dan yang tidak kalah pentingnya adalah regulasi yang harus kita perketat, utamanya di hulu harus semakin diawasi oleh pemerintah daerah. Tidak ada lagi penebangan liar atau pembukaan lahan perkebunan di wilayah hutan lindung yang mengakibatkan kerusakan ekosistem di hulu dan berdampak buruk terhadap masyarakat di hilir.
Menurut anda perlukah ada peringatan dini bencana untuk meminimalisir efek dari bencana?
Ya, perlu. Saya kira sekarang ini pemerintah daerah dalam hal ini Badan Penanggulang Bencana Daerah sudah harus melakukan pemetaan rawan bencana di desa-desa yang berpotensi menjadi menjadi titik awal bencana. Hal lain yang tak kalah pentinya adalah sistem komunikasi peringatan dini dari wilayah-wilayah rawan bencana sudah harus terkoneksikan langsung dengan Kepala BPBD. Sehungga setiap saat harus berkoordinasi, sehingga tidak lagi kata tidak siap ketika muncul potensi bencana.
Termasuk imbauan-imbauan dari aparat desa langsung kepada masyarakat. Jika semua terhubung dengan baik, maka bentuk-bentuk kerugian materi maupun korban jiwa akan dapat dieliminir. Kita dapat belajar dari bencana di Luwu Utara ini.
Belajar dari banyak bencana, apakah perlu pembenahan dari hulu ke hilir termasuk pengelolaan DAS?
Hampir di setiap bencana disebabkan oleh kerusakan hutan di hulu, kemudian juga pendangkalan di beberapa aliran sungai. Yang harus dilakukan menurut saya adalah membenahi dari hilir ke hulu, bukan dari hulu ke hilir. Pemerintah daerah harus membentuk Satgas perlindungan DAS yang berfungsi menjaga kelestarian DAS. Selain itu menempatkan alat berat untuk melakukan pengerukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) yang dangkal akibat longsor atau menangani material-material yang menghalangi aliran sungai ke laut. Ataukah bisa juga dibuat kanal-kanal alternatif di beberapa wilayah, karena saat ini banyak sungai yang tidak lagi mampu menampung debit air.
Reporter: AN
Editor: CSD