Menjalani kehidupan merupakan suatu rangkaian proses menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan. Ibarat nahkoda yang tak pernah bebas dari tantangan, hambatan, dan perubahan cuaca. Terpaan ombak ganas harus ia lalui demi kenyamanan penumpang. Terpaan badai harus ia taklukkan demi kepuasan penumpang. Perubahan cuaca harus ia antisipasi demi mencapai dermaga yang dituju.
Seorang nahkoda kehidupan gemar mengarungi luasnya samudra pengetahuan sebagai kompas untuk mencapai pelabuhan yang dituju. Nyalinya tidak ciut dengan berbagai tantangan dan hambatan yang menimpanya. Ia selalu siap menghadapi berbagai perubahan. Menjadi nahkoda kehidupan mengingatkanku pada lagu “nenek moyangku seorang pelaut”. Pada bagian awal bait liriknya “nenek moyangku orang pelaut, gemar mengarungi luas samudra, menerjang ombak tiada takut, menempuh badai sudah biasa”.
Menjadi nahkoda berarti melayani penumpang dengan baik. Kepuasan penumpang atas pelayanan nahkoda tercipta ketika sang nahkoda mampu melabuhkan mereka ke dermaga dengan aman dan nyaman. Para penumpang dapat tidur pulas di atas kapal. Para penumpang dapat berdiskusi sambil menikmati kopi atau teh hangat tanpa keraguan sedikit pun. Semua itu dilakukan oleh nahkoda untuk memberikan pelayanan terbaik kepada penumpang.
Pertanyaannya, apakah kita siap menjadi nahkoda kehidupan? Apa yang telah kita persiapkan untuk menjadi nahkoda kehidupan? Mungkin ada banyak dari kita yang menikmati jadi penumpang, ingin merasakan keamanan dan kenyamanan atas pelayanan orang lain. Apakah kita hanya ingin duduk terdiam dan menikmati zona nyaman kita saat ini? Rhenald Kasali pernah berkata dalam karyanya Self Driving: Menjadi Driver atau Passanger? Salah satu persoalan berat yang dihadapi bangsa ini dalam menghadapi perubahan adalah rendahnya kemampuan kita untuk keluar dari confort zone (zona nyaman).
Bukankah ada banyak fenomena di kehidupan kita yang perlu kita ketahui. Bukankah di luar sana ada banyak orang yang membutuhkan pelayanan kita. Tidak perlu menunggu menjadi kaya untuk melayani sesama manusia. Tidak perlu menunggu menjadi orang besar untuk menolong yang kecil.
Bukankah kecil itu dahsyat. Virus corona itu kecil, namun mampu melumpuhkan kota, negara, dan bahkan seluruh dunia dibuat cemas. Kita perlu melakukan hal kecil yang positif. Hal kecil yang mampu mengubah diri kita, keluarga, tetangga, masyarakat, bangsa dan negara kita ke arah yang lebih baik.
Haerul si pembuat pesawat yang berasal dari Kabupaten Pinrang Provinsi Sulawesi Selatan bukanlah orang besar dan tidak mengenyam pendidikan formal dengan predikat mentereng. Berdasarkan informasi beberapa media daring dan luring, Haerul tidak sempat menamatkan Sekolah Dasar. Namun, ia mampu melakukan hal kecil yang menjadikannya besar di mata publik.
Ibarat pion dalam permainan catur. Meskipun ia kecil, ketika pion terus melaju ia dapat berubah menjadi besar. Begitu pun dalam menjalani kehidupan ini, teruslah bergerak maju tanpa peduli pada nyiyiran orang lain yang hanya ingin menikmati jadi penumpang. Hingga suatu ketika, nyiyiran berubah menjadi sanjungan.
Hal terpenting yang kita perlukan untuk menjadi nahkoda kehidupan adalah kekuasaan. Kekuasaan sebagaimana dikatakan oleh filsuf Bertrand Russell, adalah “kemampuan untuk menghasilkan efek yang diinginkan.” Kemampuan itu sekarang ada di tangan kita. Hari ini, kita memiliki kapasitas untuk menyebarkan harapan atau menyebarkan ide-ide kita; untuk membangun komunitas atau membangun gerakan; untuk menyebarkan informasi yang salah atau menyebarkan kekerasan – semua dalam skala yang jauh lebih besar dan dengan dampak potensial yang jauh lebih besar daripada yang kita lakukan beberapa tahun yang lalu.
Ya, ini karena teknologi telah berubah. Tetapi kebenaran yang lebih dalam adalah bahwa kita sedang berubah. Perilaku dan harapan kita berubah.
Perubahan teknologi juga berdampak pada perubahan kekuasaan. Menyitir Heimans dan Timms dalam buku New Power: How power works in our Hyperconnected World – and How to Make It Work for You
Kekuasaan lama bekerja seperti mata uang. Kuasa itu dipegang oleh beberapa orang. Setelah diperoleh, kuasa itu dijaga dengan penuh kecemburuan, dan yang kuat memiliki simpanan yang besar untuk dibelanjakan. Kuasa itu tertutup, tidak dapat diakses, dan digerakkan oleh pemimpin. Kuasa itu mengunduh (download) dan menyimpan.
Kekuasaan baru beroperasi secara berbeda, seperti arus. Kuasa ini dibuat oleh banyak orang. Kuasa ini terbuka, partisipatif, dan digerakkan oleh rekan kerja. Kuasa ini mengunggah (upload), dan mendistribusikan. Seperti air atau listrik, ia paling kuat ketika melonjak. Tujuan kuasa baru bukan untuk menimbunnya atau mengakumulasinya tetapi untuk menyalurkannya.
Menjadi nahkoda kehidupan tidak bermakna bahwa kita harus menjadi superman, spiderman, wonder women yang menjadi super hero. Perubahan teknologi, dan perubahan model kekuasaan saat ini mengharuskan kita menjadi super team.
Jadilah nahkoda kehidupan. Nahkoda untuk diri anda, keluarga Anda, nahkoda untuk bangsa dan negara. Arungilah luasnya samudra pengetahuan. Terjanglah derasnya kehidupan. Taklukkanlah setiap badai kehidupan yang menimpa. Seperti pepatah “sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai”.