Dari Aktivis Kampus ke Pengabdian Masyarakat

  • Whatsapp

Lahir di Pattedong pada 18 Desember 1980. Galaluddin Banneringgi, ST biasa disapa. Gala tumbuh dan besar di Paccerakang yang dulu masih Desa Pattedong. Ia adalah pengusaha Kalimantan yang memilih pulang ke kampung halaman untuk mengabdi kepada masyarakat. Di kampungnya ia menjadi sosok yang penuh inspirasi banyak orang.

Semasa kecil Galaluddin tumbuh di sebuah lingkungan keluarga yang memiliki kesadaran tinggi akan pentingnya pendidikan. Ayahnya bernama Tandi Padang sedangkan ibunya bernama Agus Massolo. Gala bersama saudaranya dididik oleh orang tuanya dengan cara keras dan disiplin tinggi tentang pendidikan. Berkat kesadaran pendidikan yang ditanamkan orang tuanya, ia pun dan berlima saudaranya berhasil mengenyam pendidikan hingga di perguruan tinggi.

Semasa kuliah Gala mengambil Fakultas Teknik Jurusan Mesin Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar dan menyelesaikan kuliahnya pada tahun 2003. Saat mahasiswa, Gala aktif di dunia organisasi baik intra maupun eksternal kampus. Di lembaga kampus ia pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Unhas (HMM FT-UH) sebagai koordinator riset dan teknologi, koordinator asisten laboratorium mesin pendingin dan pemanas UNHAS serta aktif dalam dunia jurnalisme melalui Unit Kegiatan Pers Mahasiswa UNHAS (UKPM-UH) tahun 2001-2003.

Di lembaga ekstra, ia aktif belajar di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) serta menjadi ketua di Ikatan Pelajar Mahasiswa Indonesia Luwu Raya (IPMIL) Komisariat Basse Sangtempe, menjadi Ketua Harian London Village Meeting (LVMC).

Di dunia kampus, Gala menjadi sosok individu yang turut andil dalam perubahan masyarakat di dunia gerakan mahasiswa. Pembentukan karakter yang dilaluinya selama mahasiswa tidak lepas dari pengaruh pemikiran, ide serta gagasan dari buku-buku yang dibacanya. Ia sangat menggandrungi tokoh fenomenal gerakan mahasiswa Soe Hok Gie dan tokoh revolusi Islam Iran Ali Syariati.

Tanpa dipungkiri pemikiran dari tokoh tersebut banyak menjadi inspirasi aktivis mahasiswa termasuk dirinya. Dengan budaya literasi yang didapatnya saat mahasiswa, ia banyak belajar tentang jati diri seorang mahasiswa sebagai agen perubahan di tengah masyarakat. Sampai saat ini, ia masih aktif membaca buku meskipun tidak seaktif saat masih mahasiswa, disebabkan kesibukan dalam menjalankan agenda pemerintahan desa.

Memiliki banyak pengalaman organisasi di dunia kampus, menjadikannya sebagai bekal untuk tetap melibatkan diri di dunia organisasi masyarakat. Terbukti ia menjadi pendiri sekaligus sebagai ketua Korps Migran Indonesia Sulawesi (KOSMIS) Korea Selatan, anggota Persatuan Insinyur Indonesia (PII) dan Anggota Assosiasi Pengelasan Indonesia (API) di tahun 2013-2018.

Berkat memiliki banyak pengalaman di dunia organisasi, ia memilih merantau di negeri ginseng Korea Selatan pada tahun 2005. Di sana ia bekerja di Divisi Produksi KOFOMO Tech. Co. Ltd, Manufacturing KUKDONG Industri Co.Ltd dan Divisi Teknik dan Produksi KUMHO Steel Co.Ltd.

Saat kembali ke Indonesia pada tahun 2009, ia memilih membangun sebuah perusahaan bernama CV. Gala Technologies Consultan, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang konsultan teknik dan manajemen. Sedangkan pada tahun 2015 ia menjadi direktur CV. GEN MAJAGA, Komisaris Utama PT. GUNANTA MAJAGA BESTEMINDO pada tahun 2016, serta pemilik CV, CV GALA AMANAH MAJAGA, GALA ARTHA MAJAGA, dan CV. GALA MAJAGA FARM adalah sebuah usaha yang bergerak di bidang peternakan dan pertanian.

Dengan segudang pengalaman organisasi dan dunia kerja, Gala merupakan sosok yang memiliki semangat juang yang tinggi demi mencapai cita-cita sebagai orang yang sukses dalam dunia usaha termasuk menjadi yang terbaik bagi orang tua dan bermanfaat bagi orang-orang yang ada di sekitarnya.

Menurutnya, menjadi seorang kepala desa bukanlah sebuah cita-cita sejak kecil. Namun karena tragedi kecelakaan yang menimpanya melalui kecelakaan pada saat perjalanan ke kampung halaman. Pasca kecelakaan itu, ia mendapat dorongan keluarga untuk maju sebagai calon kepala desa.

Dakunya, dorongan itu sempat ia tolak dan tidak berminat. Penolakan itu bukan karena jabatan seorang kepala desa itu tidak memiliki level namun pada saat itu, ia sedang konsentrasi menjalankan usahanya. Namun saat menjelang pendaftaran, desakan itu semakin kuat untuk supaya saya maju di pilkades.

Saat itu, ia langsung meminta pendapat orang tuanya—ayahnya. Kata ayahnya, ini kesempatan karena masyarakat telah menaruh harapan besar, meskipun kembali ke Kalimantan adalah masa depan, mengabdi kepada masyarakat juga masa depan. Setelah bicara sama ayahnya, akhirnya Gala memutuskan untuk maju sebagai calon kepala Desa Paccerakang.

Gala kemudian terpilih menjadi kepala desa pada tahun 2018. Di awal pemerintahannya, Gala langsung membenahi masalah mendasar dihadapi masyarakat yang sebelumnya tidak pernah terselesaikan yakni pembangunan infrastruktur kesehatan, pendidikan dan pertanian.

Sejak terpilih, ia tidak menunggu lama membangun Pustu, Posyandu, taman kanak-kanak dan peningkatan sumber daya manusia masyarakatnya melalui beberapa program pemberdayaan desa.
Gala menilai, sumber daya manusia sangat bertumpu pada tiga aspek yakni pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan. Maka yang kami lakukan di tahun ketiga pemerintahan adalah mengakselerasi tiga aspek itu agar kami bisa mengejar ketertinggalan dalam pembangunan infrastruktur dari desa lain.

Menurut Gala pembangunan desa harus mengacu pada data tentang potensi desa yang bisa dikembangkan dan menjadikannya sebagai acuan program pemerintah desa secara terencana, baginya tanpa data maka suatu pembangunan akan sulit menyentuh masyarakat. Menurutnya pemerintahan yang baik adalah pemerintah yang menjalankan program pembangunan berbasis data.

Hal yang paling penting dari semua itu adalah bagaimana pemerintah tidak boleh membedakan setiap orang karena kita diciptakan oleh tuhan semua sama tanpa sebuah perbedaan. Nilai tersebut merupakan ajaran dari orang tuanya sejak kecil dalam kehidupan baik di masyarakat maupun di pemerintahan.

Reporter : ENK
Editor. : AS

Pos terkait